It's Me

It's Me
my photoshop

Kamis, 23 Juni 2011

Kesetiaan seorang Suami

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam,Pak Eddy 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit, istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih dari 32 tahun.

Mereka dikarunia 4 orang anak, disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke empat, tiba - tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan, itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Eddy memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara, tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Eddy tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa - apa saja yang dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Eddy sudah cukup senang, bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Eddy lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka. sekarang anak - anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yang masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Pak Eddy berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah, mereka sudah tinggal dengan keluarga masing - masing dan Pak Eddy memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu, semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati - hati anak yg sulung berkata ” Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……… bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata - katanya “sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya.

Kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baiknya secara bergantian”.

Pak Eddy menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak - anak mereka…” “Anak - anakku ……… jikalau hidup didunia ini hanya untuk nafsu mungkin bapak akan menikah……tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku, itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian. Sejenak kerongkongannya tersekat,… kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat menghargainya dengan apapun.

Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit?” Sejenak meledaklah tangis anak - anak Pak Eddy, merekapun melihat butiran - butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu mereka..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu..*

Sampailah akhirnya Pak Eddy diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Eddy kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa - apa.

Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru, disitulah Pak Eddy bercerita.

“Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam pernikahannya, tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia - siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya, bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu - lucu.

Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya… sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar