Seorang gadis bernama Cintya menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua. Dalam waktu singkat, Cintya menyadari bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya dalam segala hal. epribadian mereka berbeda, dan Cintya sangat marah dengan banyak kebiasaan ibu mertua. Cintya juga
dikritik terus-menerus. Hari demi hari, minggu demi minggu, Cintya dan ibu mertuanya tidak pernah berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan jadi tambah buruk, karena berdasarkan tradisi mereka, Cintya harus taat kepada setiap permintaan sang mertua.
Semua keributan dan pertengkaran di rumah itu mengakibatkan suami yang miskin itu ada dalam stress yang besar.
Akhirnya, Cintya tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Cintya pergi menemui teman baik ayahnya, Bpk Tono, yang menjual jamu. Cintya menceritakan apa yang dialaminya dan meminta kalau-kalau Bpk Tono dapat memberinya sejumlah racun supaya semua kesulitannya selesai.
Bpk Tono berpikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, "Cintya, saya akan menolong, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya minta."
Cintya menjawab,”Baik, saya akan melakukan apa saja yang anda minta.”
Bpk Tono masuk kedalam ruangan dan kembali beberapa menit kemudian dengan sekantong jamu.
Dia memberitahu Cintya, “Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bereaksi cepat untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena nanti orang-orang akan curiga. Karena itu saya memberimu sejumlah jamu yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu.Setiap hari masakkan daging sapii atau ayam dan kemudian campurkan sedikit jamu ini. Nah, untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mencurigaimu pada waktu ia meninggal, kamu harus berhati-hati dan bertindak dangan sangat baik dan bersahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti seorang ratu.”
Cintya sangat senang. Dia kembali ke rumah dan memulai rencana pembunuhan terhadap ibu mertua.
Minggu demi minggu berlalu, dan bulan demi bulan berlalu, dan setiap hari, Cintya melayani ibu mertua dengan masakan yang dibuat secara khusus. Cintya ingat apa yang dikatakan Bok Tono tentang menghindari kecurigaan, jadi Cintya mengendalikan emosinya, mentaati ibu mertua, memperlakukan ibu mertuanya seperti ibu-nya sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.
Setelah enam bulan, seluruh rumah berubah.Cintya telah belajar mengendalikan emosi-nya begitu rupa sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak berdebat
sekalipun dengan ibu mertua-nya, yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani.
Sikap ibu mertua terhadap Cintya berubah, dan dia mulai menyayangi Cintya seperti anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa Cintya adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya.
Cintya dan ibu mertuanya sekarang berlaku sepertu ibu dan anak sungguhan. Suami Cintya sangat senang melihat apa yang telah terjadi.
Satu hari,Cintya datang menemui Bpk Tono dan minta pertolongan lagi. Dia berkata, “Pak Tono, tolonglah saya untuk mencegah racun itu membunuh ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi wanita yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri.Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan.”
Bpk Tono tersenyum dan mengangkat kepalanya. “Cintya, tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun. Jamu yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya.
Satu-satunya racun yang pernah ada ialah didalam pikiran dan sikapmu terhadapnya, tapi semua sudah lenyap oleh kasih yang engkau berikan padanya.”
"Teman, pernahkah engkau menyadari bahwa sebagaimana perlakukanmu terhadap orang lain akan sama dengan apa yang akan mereka lakukan terhadap kita ? "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar